Abstrak
Fenomena
tawuran antar pelajar yang kian
marak akhir-akhir ini di sudah bukan sekedar tawuran remaja biasa. Perkelahian
beramai-ramai tersebut bukan dengan tangan kosong atau mengandalkan kekuatan,
melainkan sudah menggunakan barang-barang atau senjata berbahaya lainnya dan
mengarah ke tindakan kriminal karena menelan korban jiwa.Belum pupus ingatan kita terhadap tawuran antar pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 di bundaran Bulungan, Jakarta Selatan, Senin, 24 September 2012, yang menyebabkan seorang siswa SMA 6 tewas, kemarin Rabu 26 September, siswa kelas 3 SMA Yayasan Karya 66 (Yakhe) meregang nyawa seusai tawuran dengan SMK Kartika Zeni, di Jakarta Timur.
Perkelahian
antar pelajar bukan persoalan “darah muda”
lagi. Sejak masa dulu tetap ada perkelahian, namun sekarang terjadi perubahan
besar agresivitas atau keinginan kuat pada remaja itu dipengaruhi kelompok yang
biasa menjadi pelaku tawuran. Mereka menjadi berani dan agresif setelah
berkelompok di tambah lagi dengan membawa barang-barang atau senjata berbahaya.
Mereka yang terlibat tawuran sudah tidak memikirkan apa-apa lagi selain apa
yang harus dikerjakan saat perkelahian itu, yaitu mengandalkan ego per individu
untuk “menghabisi” lawannya. Bisa jadi persoalan timbul dikarenakan kurangnya
ruang publik dan kreasi untuk remaja.
Pengamat
pendidikan Utomo Danan Jaya seperti yang dilansir Kompas (26/9/2012),
mengungkapkan, kembali maraknya tawuran
antar pelajar dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat yang terus
menggerus karakter para pelajar. Generasi muda disuguhkan informasi yang lebih
banyak mempertontonkan tokoh masyarakat yang berperilaku buruk, jauh dari
ekspektasi yang seharusnya menjadi teladan. Seharusnya tokoh masyarakat memberi
contoh bagaimana cara sopan santun, menghargai sesama, jujur, dan arif. Tetapi
yang dipertunjukkan justru sebaliknya.
TINJAUAN
PSIKOLOGI PENYEBAB REMAJA TERLIBAT PERKELAHIAN PELAJAR
Dalam
pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan
di dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat)
dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila
dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang remaja
terlibat perkelahian pelajar.
- Faktor internal. Remaja yang
terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi
lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman
pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang
makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan
pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang
mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan
dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah,
menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan
cara tersingkat untuk memecahkan masalah.
- Faktor keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.
- Faktor lingkungan. Lingkungan
di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak
terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan
kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Semuanya itu dapat
merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi
emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
daftar pustaka :
Sander Diki Zulkarnaen, M.Psi Pengaduan KPAI, 2011…
Ada beberapa
cara mengatasi tawuran antar pelajar :
- menjaga dan menjalin komunikasi antara anak dan orang tua dengan baik.
- orang tua harus selalu memantau putranya terutama pada waktu pulang sekolah.
- memberikan pendidikan disiplin sedari dini
- bagi orangtua sibuk saya menyarankan agar putranya disekolahkan dengan reportasi baik
- menjaga keharmonisan keluarga
- diajarkan berprilaku yg sopan dan bertanggung jawab
- selalu mengingatkan pada putra pada saat berangkat sekolah
- pihak sekolah harus benar-benar tegas,dan memberikan sangsi seberat-beratnya bagi siswa yang terlibat tawuran
Membentuk
karakter di sekolah, salah satunya menjadi tugas guru. Namun, sayangnya
kemampuan guru hanya sebatas menguasai transfer ilmu pengetahuan, bukan
penekanan pada metode belajar. “Guru tidak mempelajari materi metode belajar
yang dapat mengembangkan karakter pelajar itu,” ungkap Utomo.
Kita semua
prihatin, sebagai orang tua, guru maupun masyarakat luas. Kejadian tawuran
antar pelajar di Jakarta bukan lagi permasalahan kota, melainkan sudah
menjadi isu nasional. Kesemuanya memerlukan pengawasan dan langkah nyata
peran dunia pendidikan dan orangtua.
Sumber Artikel :
http://lenterakecil.com/fenomena-tawuran-antar-pelajar/
http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/258-tawuran-pelajar-memprihatinkan-dunia-pendidikan.html
http://vjarnata80.blogspot.com/2012/10/solusi-mencegah-tawuran-antar-pelajar.html
0 Responses to "Fenomena Tawuran Antar Pelajar"
Posting Komentar